Welcome to my site :-)
Jangan lupakan semua berkah yang telah engkau terima
Sungguh... Tuhan tak pernah tingalkan dirimu
dodix-zone. Diberdayakan oleh Blogger.
Home My Facebook My Twitter My Blog On Campus My Google+ Profile

07 Oktober 2011

Diposting oleh dodix-zone

Dahulu pada saat petani bercocok tanam dengan cara nomaden hama pasca panen sangat sedikit sekali ditemui mereka bertahan hidup dengan tumbuh pada biji-bjian, seresah, kayu bekas pohon ,kotoran binatang,tanah dan terbawa oleh binatang lain seperti burung dan tikus. Pada saat itu nenek moyang kita bertani hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jadi hasil panen mereka tidak memerlukan perlakuan khusus dalam system penyimpanannya. Namun seiring dengan berkembangnya jaman yang menyebabkan hasil pertanian tidak hanya untuk kebutuhan sehari- hari melainkan juga karena desakan ekonomi yang didukung melimpahnya pakan, terjadinya kelangkaan air dan berkembangnya perlakuan dalam system penyimpanan, para petani mulai menyimpan hasil panen mereka pada tempat penyimpanan yang biasa kita sebut gudang.

Pengertian gudang dapat dikemukakan bahwa gudang tidak hanya terbatas pada wujud suatu bangunan yang dapat dipergunakan untuk menyimpan produk pertanian yang biasanya tertutup rapat, melainkan pula meliputi setiap tempat penyimpanan, tempat apapun tanpa memperdulikan bentuk, ukuran serta letaknya yang ada kaitannya dengan hama gudang dapat dianggap sebagai gudang. Menurut Franklin G. Moore dalam “Production Control” (1961), gudang pada umumnya terbagi atas gudang terbuka dan gudang tertutup. Pada gudang terbuka biasanya ditempatkan bahan-bahan yang baru diambil, guna melindunginya sebelum dilakukan proses pemilihan atau sebelum dilemparkan pada pedagang dan konsumen, nilai dari bahan-bahan di sini dapat dianggap masih dalam transisi untuk dipersiapkan agar dapat dimasukkan gudang tertutup. Gudang tertutup adalah suatu tempat tertutup yang keadaan di dalamnya lebih terpelihara, bahan-bahan yang disimpan ditempat ini biasanya yang telah disortir dan memperoleh pengolahan-pengolahan, seperti pengeringan, pembersihan dari berbagai kotoran dan biasanya ditempatkan lagi dalam tempat-tempat yang khusus (bakul, peti, karung, belek dan lain sebagainya). Jadi hama gudang akan tetap ada walaupun bahan disimpan dalam gudang tertutup dan telah mengalami beberapa pengolahan sebelumnya.
Masa perkembangan, ketahanan hidup dan produksi telur serangga hama pascapanen tergantung pada kesesuaian lingkungan dan makanan. Laju populasi serangga dapat meningkat sebagai hasil dari masa perkembangan yang singkat, ketahanan hidup yang meningkat atau produksi telur yang lebih banyak. Dalam kondisi normal, gudang adalah sumber makanan sehingga permasalahan utama bagi serangga adalah suhu dan kadar air/kelembaban. Walaupun demikian, sebagian besar serangga hama pascapanen dapat hidup pada berbagai bahan simpan dan terdapat variasi kelimpahan serangga pada tiap-tiap bahan simpan
Berbagai hama dalam gudang dapat diklasifikasikan menurut beberapa sifat dan morfologi dari hama tersebut.Yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan ialah pengaturan individu dalam kelompok, penyusunan kelompok, penyusunan kelompok dalam suatu sistem, data individu dan kelompok menentukan hama itu dalam sistem tersebut. Letak hama itu dalam sistem sudah memperlihatkan sifatnya.
Berdasarkan hasil penggolongan para taksom, hama gudang yang penting terbatas pada serangga, burung dan mamalia. Yang terbatas pada serangga tergolong dalam 2 ordo yaitu Coleoptera dan Lepidoptera. Hama gudang yang tergolong dalam ordo luar kedua ordo tersebut merupakan hama gudang yang kurang penting, artinya sifat kerusakannya merupakan pengotoran pada bahan simpanan, seperti: Mites (kelas Arachnoidea, ordo Acarina), Kecoak (ordo Orthoptera), Renget/gegat (ordo Thysanura), Collembola (ordo Collembola), Semut (ordo Hymenoptera) dan lain-lain, akan tetapi walaupun hama yang kurang penting daya perusakannya dan hanya bersifat pengotorannya saja, kalau terlalu banyak populasinya tentunya pengotoran yang dilakukannya akan menimbulkan kerugian yang cukup besar.
Menurut Linsley tahun 1944, hama pasca panen dapat dikelompokkan menjadi delapan, yaitu:
1. Spesies yang menginvestasi biji-bijian, yaitu spesies dari family Gelechiidae ,Bruchidae dan Curculionidae
2. Spesies pemakan jamur, yaitu ordo Lepidoptera dan Coleoptera
3. Spesies pemakan tanaman mati, yaitu larva ngengat yang termaduk dalam family Phytidae
4. Spesies pemakan binatang mati yaitu kumbang dari family Dermestidae dan beberapa jenis ngengat dari family Tineidae
5. Cucujidae dan Tenebrionidae (Tribolium spp., Cryptoleste sp., Tenebroides mauritanicus, Palorus sp., Gnatocerus sp. Dan Latheticus sp.)
6. Penggerek binatang dan pemakan kayu, yaitu beberapa spesies serangga dalam famili Anobiidae yaitu Lasoderma serricorne dan Stegobium panecium dan famili Bostrichidae yaitu Rhyzopertha dominica.
7. Scavenger pada sarang serangga lain, contohnya sarang tawon, dalam famili Galleriidae, Phycitidae, Ptinidae dan Dermesitidae.
8. Predator dan Parasitoid, dalam ordo Hemiptera (kepik), Diptera dan Hymenoptera (tawon).
Pada coleoptera, kadar air lebih dominan pengaruhnya dibanding suhu dan makanan, demikian pula pada lepidoptera. Lepidoptera pascapanen menghabiskan sebagian besar masa perkembangannya sebagai larva. Stadium larva lepidoptera pascapanen lebih lama daripada larva coleoptera karena nutrisinya digunakan untuk produksi telur. Imago lepidoptera sendiri berumur pendek dan tidak makan. Coleoptera berumur panjang (Cryptolestes, Oryzaephilus, Sitophilus, Tribolium, Rhyzopertha) makan selama periode imago, karena itu dapat memproduksi telur selama hidupnya. Seperti lepidoptera, stadium larva coleoptera berumur pendek (Callosobruchus, Lasioderma, Stegobium) cenderung lebih lama (walaupun tidak selama lepidoptera), akibatnya produksi telurnya pun tidak sebanyak lepidoptera.
Hingga batas tertentu, kenaikan suhu lingkungan meningkatkan aktivitas makan. Hal ini menjelaskan sebagian pengaruh suhu terhadap pemendekan masa perkembangan serangga pascapanen. Fluktuasi suhu harian juga berpengaruh. Serangga yang hidup pada suhu konstan tinggi masa perkembangannya lebih singkat daripada suhu fluktuatif (walaupun dengan rata-rata suhu yang sama tinggi). Sementara itu pada suhu konstan rendah, masa perkembangannya lebih lama dibandingkan suhu fuktuatif dengan rata-rata sama rendah.
Kadar air bahan simpan/kelembaban udara mempengaruhi lama stadium larva,. Kadar air bahan simpan yang rendah memperlama stadium larva, tetapi stadium telur dan pupa tidak terpengaruh sehingga hal ini mengubah keseimbangan struktur umur dalam populasi yang sudah stabil.
Seperti dijelaskan sebelumnya, suhu lingkungan dan kelembaban di penyimpanan bisa saja sebagai sebab atau akibat dari keberadaan hama. Serangga membutuhkan kisaran suhu dan kelembaban optimum untuk perkembangannya. Sementara itu metabolisme serangga juga menghasilkan kalor dan uap air ke lingkungannya. Terakhir, misalnya pada Sitophilus dan Tribolium terdapat variasi masa perkembangan antarindividu yang cukup besar. Keragaman intrinsik seperti ini biasanya menguntungkan secara ekologis.
Serangga biasanya memiliki kisaran suhu optimum. Sedikit saja di luar kisaran suhu tersebut, terjadi penurunan populasi yang sangat besar Contohnya pada Tribolium, suhu optimum pertumbuhan adalah 25-37.5˚C. Ketahanan hidup akan turun drastis di luar kisaran tersebut.
Daftar Pustaka
Anonymous. 2011. EKOLOGI HAMA PASCAPANEN. http://abank-udha123.tripod.com/ekologi_hama_pascapanen.htm . diakses tanggal 6 Oktober 2011
Kartasapoetra. 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Jakarta: PT RINKA CIPTA.

| edit post

0 komentar:

Posting Komentar

Label

SMS ONLINE GRATIS